CIANJUR.CO – Di antara hamparan perbukitan dan lembah alami yang membentang di wilayah selatan Kabupaten Cianjur, terdapat sebuah keindahan tersembunyi yang menyimpan kisah mistis dan melegenda: Curug Ngebul Pagelaran. Nama “Ngebul” yang berarti “berasap” dalam bahasa Sunda ini bukan tanpa alasan. Air terjun ini dikenal karena percikan airnya yang menghasilkan kabut tebal seperti asap ketika menghantam batuan di dasar curug.
Namun, bukan hanya pemandangannya yang memikat. Legenda Curug Ngebul menjadi daya tarik utama yang menjadikan destinasi ini penuh makna bagi masyarakat setempat. Bagi sobat Cianjur yang penasaran akan asal-usul dan cerita turun-temurun dari tempat ini, mari telusuri lebih dalam sejarah dan legenda Curug Ngebul yang masih hidup hingga hari ini.
Baca juga: Wisata Curug Ngebul Pagelaran Cianjur
Lokasi dan Keindahan Alam Curug Ngebul Pagelaran
Sebelum menyelami kisah legendarisnya, sobat Cianjur perlu tahu di mana tepatnya Curug Ngebul berada. Air terjun ini terletak di Kampung Cisereuh, Desa Bunijaya, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dari pusat Kota Cianjur, jaraknya sekitar 90 km atau bisa ditempuh selama 3–4 jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi.
Air terjun ini berada pada ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut, dengan debit air yang deras dan kondisi alam yang masih sangat asri. Suasana sejuk khas pegunungan, hijaunya pepohonan, serta suara gemuruh air yang jatuh menambah nuansa magis di sekitar area curug.

Keunikan Nama “Ngebul” yang Sarat Makna
Salah satu keunikan dari Curug Ngebul adalah efek visual berupa kabut air yang menyerupai asap tebal. Saat air jatuh dari ketinggian sekitar 30 meter, benturan dengan bebatuan di bawah menghasilkan percikan yang menciptakan efek “ngebul” atau “berasap”. Fenomena ini membuat masyarakat sekitar memberi nama air terjun ini sebagai Curug Ngebul.
Namun, bagi masyarakat lokal, “ngebul” bukan hanya kabut air semata, melainkan sebuah pertanda spiritual. Banyak orang percaya bahwa kabut tersebut adalah simbol dari keberadaan energi gaib yang melingkupi area curug.
Sejarah dan Legenda Curug Ngebul yang Melegenda
Legenda Dua Saudara: Kisah Tragis di Balik Derasnya Curug
Legenda paling populer yang dikenal oleh masyarakat sekitar adalah tentang dua saudara kandung, seorang kakak dan adik, yang saling berselisih karena warisan. Alkisah, sang kakak merasa dikhianati oleh adiknya yang mengambil harta peninggalan orang tua mereka secara diam-diam. Pertikaian memuncak hingga perkelahian tak terelakkan.
Dalam versi lisan yang diceritakan oleh sesepuh kampung, kedua saudara itu kemudian bertarung di dekat curug. Karena dendam yang membara, mereka saling menyerang hingga keduanya terjatuh ke dalam air terjun yang deras. Sejak saat itu, kabut misterius selalu muncul setiap kali seseorang berbicara soal warisan di sekitar curug tersebut.
Masyarakat percaya bahwa roh kedua saudara itu masih menghuni kawasan Curug Ngebul. Maka tak heran, sobat Cianjur akan mendapati larangan untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan perebutan harta atau konflik keluarga ketika berkunjung ke sana.
Asap Gaib dan Cerita Mistis Penampakan
Selain legenda dua saudara, terdapat juga kisah mengenai asap gaib yang sering muncul tanpa sebab, bahkan saat cuaca cerah. Kabut ini kerap menutupi penglihatan wisatawan, bahkan kadang menyebabkan pengunjung tersesat.
Warga sekitar percaya bahwa kabut itu adalah manifestasi dari penunggu gaib yang menjaga kesucian Curug Ngebul. Bila sobat Cianjur datang tanpa izin batin atau berniat buruk, kabut ini akan menyesatkan atau membuat bingung arah pulang.
Tak sedikit pula yang mengaku melihat sosok perempuan berbaju putih di tepian curug. Dalam beberapa versi legenda, perempuan tersebut diyakini sebagai istri salah satu dari dua saudara yang bertikai. Ia konon menyesal dan memilih untuk mengakhiri hidupnya di curug yang sama.
Petuah Leluhur: Tempat Bertapa Para Sesepuh
Selain cerita tragis, Curug Ngebul juga dikenal sebagai tempat bertapa para leluhur pada masa lalu. Banyak tokoh adat yang diyakini melakukan ritual tapa brata di sekitar air terjun demi mendapatkan petunjuk hidup, kekuatan spiritual, atau ketenangan batin.
Beberapa warga Desa Bunijaya meyakini bahwa hingga hari ini, tempat tersebut masih memiliki energi magis. Mereka bahkan masih rutin menggelar ritual adat sederhana setiap bulan tertentu, seperti “sedekah bumi”, sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur dan alam.
Larangan dan Pantangan yang Harus Dihormati
Bagi sobat Cianjur yang ingin berkunjung ke Curug Ngebul, perlu diketahui bahwa tempat ini tidak hanya destinasi wisata, tetapi juga memiliki nilai sakral yang dijaga masyarakat.
Beberapa pantangan yang sering diingatkan oleh warga setempat antara lain:
-
Dilarang berkata kasar atau sompral
-
Tidak boleh berenang tanpa izin sesepuh lokal
-
Jangan mengambil batu atau tanaman dari area curug
-
Tidak membicarakan soal warisan atau permusuhan keluarga
Mengabaikan pantangan ini dipercaya bisa membawa musibah atau bahkan kesurupan.
Baca juga: Wisata Curug Citambur
Upaya Pelestarian dan Potensi Wisata Budaya
Meski terkenal dengan kisah mistisnya, Curug Ngebul kini mulai dilirik sebagai objek wisata budaya dan spiritual. Pemerintah Desa Bunijaya bersama komunitas lokal telah mulai memperkenalkan curug ini melalui media sosial dan kegiatan pelestarian lingkungan.
Beberapa komunitas juga mulai mengembangkan program wisata edukatif berbasis legenda dan kearifan lokal, seperti:
-
Tur sejarah Curug Ngebul
-
Wisata meditasi di alam terbuka
-
Cerita rakyat langsung dari sesepuh kampung
-
Kegiatan bersih-bersih curug secara gotong royong
Dengan pendekatan ini, sobat Cianjur bisa berwisata sambil memahami nilai-nilai sejarah dan budaya yang hidup di tengah masyarakat Pagelaran.

Kesaksian Warga dan Cerita Lisan yang Masih Hidup
Cerita lisan tentang Curug Ngebul tidak pernah berhenti diwariskan dari generasi ke generasi. Beberapa warga bahkan masih memiliki pengalaman spiritual yang sulit dijelaskan.
Seorang tokoh adat bernama Abah Ojon, misalnya, pernah bercerita bahwa ia melihat cahaya putih menyala di malam hari tepat di atas curug. Ia meyakini cahaya itu adalah pertanda bahwa roh-roh penjaga curug masih aktif melindungi area tersebut.
Warga lain juga mengisahkan tentang bunyi gamelan yang terdengar samar-samar pada malam hari. Padahal tidak ada seorang pun yang memainkan alat musik di kawasan tersebut. Hal ini menambah keyakinan bahwa Curug Ngebul bukan tempat sembarangan.
Curug Ngebul sebagai Simbol Keseimbangan Alam dan Manusia
Bagi masyarakat adat, Curug Ngebul bukan sekadar air terjun. Ia adalah penanda harmoni antara alam, manusia, dan roh leluhur. Legenda yang mengiringinya bukan untuk menakut-nakuti, tetapi sebagai pengingat bahwa manusia harus hidup berdampingan secara seimbang dengan alam dan sesamanya.
Maka tak heran jika banyak ritual adat yang masih dijalankan, seperti:
-
Ngabakti ka Leuweung (berbakti kepada hutan)
-
Mapag Katumbiri (menyambut pelangi sebagai simbol keberkahan)
-
Ngabersih Curug (membersihkan curug secara spiritual)
Sobat Cianjur yang datang ke sini tidak hanya akan disuguhi keindahan alam, tetapi juga kearifan lokal yang kaya makna.
Curug Ngebul dalam Kajian Budaya dan Folklor Cianjur
Peneliti budaya lokal dari Universitas Suryakancana, dalam beberapa kajiannya, menyebut Curug Ngebul sebagai salah satu lokasi dengan folklor paling lengkap di wilayah selatan Cianjur. Kombinasi antara keindahan alam, mitos spiritual, serta keterikatan masyarakat menjadikannya objek penting untuk studi budaya Sunda.
Beberapa peneliti bahkan sedang mengarsipkan cerita rakyat dari sesepuh kampung untuk dijadikan literatur budaya daerah. Ini bertujuan agar sobat Cianjur generasi muda tetap mengenal warisan cerita yang begitu kaya dan tidak tercerabut dari akar tradisinya.
Jika sobat Cianjur tertarik menelusuri jejak sejarah dan legenda yang hidup dalam alam Cianjur, maka Curug Ngebul Pagelaran adalah tempat yang tidak boleh dilewatkan. Di sinilah alam, cerita, dan spiritualitas bertemu dalam harmoni yang memikat hati dan jiwa.