CIANJUR.CO – RADEN WIJAYA dikenal sebagai raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Majapahit, salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Nusantara. Berasarkan naskah Wangsakerta, asal-usul Raden Wijaya berasal dari Tanah Sunda.
Kedekatan Raden Wijaya dengan kerajaan Singasari tidak lepas dari pernikahannya dengan putri Kertanagara, raja terakhir Singasari. Melalui ikatan perkawinan itu, ia menjadi menantu sekaligus penerus sah dalam lingkar kekuasaan kerajaan.

Namun, masa kejayaan Singasari runtuh setelah serangan mendadak yang dipimpin oleh Jayakatwang dari Kediri. Serangan ini berhasil menggulingkan kekuasaan Kertanagara dan membawa Singasari ke titik akhir.
Di tengah kekacauan politik tersebut, Raden Wijaya tidak tinggal diam. Ia bersama sejumlah pengikut setianya mencari perlindungan dan berusaha menyusun kekuatan baru. Dalam pelariannya, ia menemukan sebuah wilayah berupa hutan lebat bernama Hutan Tarik (hutan rimba di sekitar aliran Sungai Brantas).
Dengan kerja keras bersama para pengikutnya, hutan itu dibuka dan dijadikan pemukiman baru. Tempat inilah yang kelak dinamakan Majapahit, diambil dari nama buah maja yang rasanya pahit dan tumbuh di wilayah tersebut.
Pendirian Majapahit bukan hanya sekadar pemindahan pusat kekuasaan, melainkan sebuah awal dari babak baru peradaban Jawa. Dari hutan yang sunyi itu lahirlah kerajaan besar yang pada puncaknya mampu menguasai sebagian besar wilayah Nusantara, bahkan dikenal hingga ke mancanegara.
Raden Wijaya sebagai pendiri dan raja pertama Majapahit berhasil meletakkan pondasi yang kokoh bagi kerajaan tersebut, yang kemudian dilanjutkan oleh penerusnya hingga mencapai masa kejayaan di bawah kepemimpinan cucunya Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada.
Garis Keturunan Raden Wijaya
Raden Wijaya memiliki garis keturunan yang istimewa, karena lahir dari dua darah bangsawan besar Nusantara. Dari sisi ayahnya, ia mewarisi darah Sunda. Ayahnya adalah Rakyan Jayadarma, seorang bangsawan dari Kerajaan Sunda Galuh yang dikenal sebagai salah satu kerajaan penting di wilayah Jawa Barat pada masa itu. Dengan demikian, darah kebangsawanan Sunda sudah mengalir kuat dalam diri Raden Wijaya sejak lahir.
Sementara dari pihak ibunya, ia mewarisi keturunan Jawa. Ibunya adalah Dyah Lembu Tal, seorang putri bangsawan Singasari yang masih memiliki hubungan langsung dengan Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari di Jawa Timur.
Dyah Lembu Tal merupakan cucu Ken Arok, sehingga melalui jalur ibu, Raden Wijaya juga memiliki keterkaitan erat dengan dinasti Singasari yang tengah berkuasa di Jawa Timur pada masa itu.
Perpaduan garis keturunan Sunda dan Jawa ini menjadikan Raden Wijaya sebagai tokoh yang unik dan berpengaruh. Ia bukan hanya memiliki legitimasi sebagai bangsawan Sunda, tetapi juga memiliki hubungan darah langsung dengan trah Ken Arok yang berkuasa di Jawa Timur.
Hal ini turut memperkuat posisinya dalam panggung politik kerajaan-kerajaan di Nusantara kala itu. Dengan latar belakang darah biru dari dua dinasti besar, kehadiran Raden Wijaya seakan menjadi jembatan penghubung antara kekuasaan Sunda di barat dan Singasari di timur, sebelum akhirnya ia sendiri mendirikan Majapahit sebagai kekuatan baru yang menguasai hampir seluruh Nusantara.
Kematian Sang Ayah (Rakyan Jayadarma)
Kisah perjalanan hidup Raden Wijaya tidak terlepas dari tragedi yang menimpa ayahnya, Rakyan Jayadarma, wafat akibat diracun oleh saudaranya sendiri. Peristiwa kelam ini menandai berakhirnya kehidupan seorang pangeran dari kerajaan Sunda Galuh sekaligus menjadi titik balik bagi anaknya.
Kematian Rakyan Jayadarma bukan hanya menimbulkan duka mendalam bagi keluarga, tetapi juga mengguncang posisi politik di lingkungan Kerajaan Sunda Galuh. Sebagai seorang pangeran, ia memiliki potensi besar dalam penerus kekuasaan. Namun, pengkhianatan dari dalam keluarga membuat jalan itu terputus secara tragis.
Keputusan Berat Sang Ibu (Dyah Lembu Tal)
Situasi inilah yang kemudian memaksa istrinya, Dyah Lembu Tal, untuk mengambil keputusan besar demi keselamatan putra semata wayangnya, Raden Wijaya.
Dyah Lembu Tal bersama Raden Wijaya akhirnya meninggalkan tanah Sunda dan kembali ke Jawa Timur, tepatnya ke lingkungan Kerajaan Singasari. Sebagai cicit Ken Arok melalui garis ibunya.
Dyah Lembu Tal masih memiliki hubungan darah yang kuat dengan keluarga kerajaan di Singasari. Hal ini memberikan perlindungan bagi dirinya dan juga kesempatan bagi Raden Wijaya untuk tumbuh dalam lingkungan politik Jawa Timur.
Kepulangan mereka ke Singasari inilah yang kelak membuka jalan bagi Raden Wijaya untuk lebih dekat dengan pusat kekuasaan Jawa Timur. Ia tumbuh besar dalam tradisi Jawa sekaligus membawa warisan darah Sunda dari ayahnya. Dari sinilah perjalanan hidup Raden Wijaya berlanjut, hingga akhirnya ia tampil sebagai tokoh besar pendiri Kerajaan Majapahit.
Referensi:
- kakawin Nagarakretagama (tahun: 1365)
- Prasasti Kudadu (tahun: 1294)
- Prasasti Balawi (tahun: 1305)
- Prasasti Sukamerta (1296)
- Menurut Prasasti Kudadu (1294), tertulis bahwasannya Dyah Lembu Tal adalah anak dari Narashimamurti.
- Menurut Prasasti Balawi (1305), Prasasti Sukamerta (1296), dan Kakawin Nagarakretagama (1365), Raden Wijaya menikah dengan empat orang putri Kertanagara, raja terakhir Kerajaan Singhasari, yaitu Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi, dan Gayatri. (Pernikahan ini bertujuan untuk mengamankan kekuasaan, memperkuat legitimasi sebagai pewaris sah, dan mempererat hubungan dengan trah Singasari demi mendirikan Kerajaan Majapahit.)

Wangsarajasa atau Rajasawangsa adalah keluarga yang pernah berkuasa di kerajaan Tumapel dan Majapahit pada kurun abad ke-13 sampai ke-15. Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Wangsa_Rajasa
Sebutan lain Raden Wijaya:
- Kertarajasa Jayawardhana
- Dyah Wijaya
- Sri Kertarajasa Jayawardhana
(ifan/cianjur.co)